Kiat Melatih anak mampu Berpuasa
oleh Sukpandiar Idris Advokat As-salafy pada 07 Agustus 2011 jam 0:44
Ibadah puasa( Shaum) lebih khusus lagi yang wajib yaitu pada bulan Ramadhan adalah ibadah yang harus terlatih sejak anak-anak. Sungguh jika seorang Muslim tidak biasa puasa sedari kecil , akan sulit bahkan tidak mampu berpuasa jika telah dewasa nantinya, beda dengan ibadah lain yang tak terlalu perlu membutuhkan latihan.
Persoalannya sekarang adalah, bagaimanakah kiatnya agar anak terlatih untuk berpuasa?. Berikut dalil syar'i dan pengalaman ana ketika masih anak-anak.
‘Umar radhiyallahu anhu berkata kepada seseorang yang mabuk-mabukkan di bulan Ramadhan, “Celaka engkau, perhatikanlah puasa anak-anak kita.” Lantas beliau memukulnya karena ia dalam keadaan mabuk. (Diriwayatkan oleh Al Bukhari dalam kitab Shahihnya)
Imam Al Bukhari membawakan pula dalam kitab Shahihnya Bab “Puasanya anak kecil”. Lantas beliau membawakan hadits dari Ar Rubayyi’ binti Mu’awwidz. Ia berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutus seseorang pada pagi hari di hari Asyura (10 Muharram) ke salah satu perkampungan Anshor, lantas beliau berkata,
مَنْ أَصْبَحَ مُفْطِرًا فَلْيُتِمَّ بَقِيَّةَ يَوْمِهِ ، وَمَنْ أَصْبَحَ صَائِمًا فَلْيَصُمْ
“Barangsiapa yang tidak berpuasa di pagi hari, maka hendaklah ia menyempurnakan sisa hari ini dengan berpuasa. Barangsiapa yang berpuasa di pagi harinya, hendaklah ia tetap berpuasa.” Ar Rubayyi’ berkata, “Kami berpuasa setelah itu. Dan kami mengajak anak-anak kami untuk berpuasa. Kami membuatkan pada mereka mainan dari bulu. Jika saat puasa mereka ingin makan, maka kami berikan pada mereka mainan tersebut. Akhirnya mereka terus terhibur sehingga mereka menjalankan puasa hingga waktu berbuka.” (HR. Bukhari no. 1960). Hadits ini menunjukkan bahwa hendaklah anak-anak dididik puasa sejak mereka kuat. Jika mereka ‘merengek’ ingin berbuka padahal belum waktunya, maka hiburlah mereka dengan mainan sehingga mereka terbuai. Akhirnya mereka nantinya bisa menjalankan puasa hingga waktu Maghrib.
Kiat lainnya :
1. Siapa yang berpuasa di saat berbuka nanti duduk bersama dengan orang yang berpuasa ( Ortu dan kakaknya) dan makan enak lebih awal jika tak berpuasa, ( Pengalaman pribadi SI),
2. Di Janjikan hadiah, baik berupa uang atau barang jika mampu berpuasa/per hari ,atau dengan pujian ( sumber pengalaman pribadi),
3. Di ceritakan kisah teladan orang yang rajin berpuasa akan mendapat surga, dll
4. Di latih sejak ia punya keinginan untuk berpuasa, biasanya jika orang tuanya puasa anak umur 5 tahun udah mulai ikut makan sahur, ana sendiri( SI) mulai mau berpuasa sejak usia 5,5 tahun atas contoh orang tua , koq sepertinya enak berpuasa!. Cuma ya ada curangnya, ada satu kali makan pisang di gudang di siang Ramadhan , setelah itu ngaku tetap puasa sama orang tua, ah dasar anak-anak!.
KIAT SESUAI SUNNAH DAN PENGALAMAN ANA WAKTU KECIL SEKARANG ANA TERAPKAN PADA HADA MUHAMMMAD (ANAK ana-SI), alhamdulillah puasa Ramadhan tahun ini belum pernah batal.
Pakar Pendidikan Anak Dr. Abdullah Nashih Ulwan dalam buku Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam mengatakan, dari perintah shalat, maka dapat disamakan dengan puasa dan haji.
Sebenarnya anak sudah bisa diperkenalkan dengan berbagai kegiatan agama termasuk berpuasa sejak usia batita (bawah tiga tahun-SI). Perkenalan terhadap kegiatan puasa mulai dari kesiapan, pemahaman hingga memahami rutinitas.
Kemudian, ketika menginjak usia empat tahun, anak sudah mulai bisa diajarkan berpuasa dalam arti menahan lapar dan haus untuk waktu beberapa jam. Umumnya, pada anak usia lima tahun sudah mampu berpuasa hingga siang hari.
Hal tersebut bertujuan untuk mengajarkan anak mengenai pemaknaan puasa tahap awal. Sehingga ketika anak menginjak usia sekolah dasar (SD), sudah bisa memperdalam pemaknaan puasa. Mereka juga sudah bisa diharapkan berpuasa sehari penuh.
Pada anak usia SD juga sudah bisa diberi pengertian mengenai makna berpuasa dari aspek sosial. Misalnya, puasa menumbuhkan empati. Agar seseorang mengetahui bagaimana keadaan orang lain yang kurang beruntung tidak dapat makan.
Ibnu Battol rahimahullah berkata, “Para ulama sepakat bahwa ibadah dan berbagai kewajiban tidaklah wajib kecuali jika seseorang sudah baligh. Namun mayoritas ulama menganjurkan agar anak dilatih berpuasa dan melakukan ibadah supaya nantinya mereka tidak meninggalkannya, dan terbiasa serta mudah melakukannya ketika sudah wajib nantinya.” (Syarh Al Bukhari, 7/125, Asy Syamilah)
Ibnul Mundzir rahimahullah sebagaimana dinukil oleh Ibnu Battol menyatakan, “Para ulama berselisih pendapat kapan waktu anak diperintahkan untuk berpuasa.
Al Hasan Al Bashri, Ibnu Sirin, ‘Auroh, ‘Atho’, Az Zuhri, Qotadah dan Imam Asy Syafi’i menyatakan bahwa anak diperintahkan puasa ketika telah mampu.
Al Awza’i menyatakan bahwa jika jika anak telah mampu berpuasa tiga hari berturut-turut dan tidak lemas, maka ia sudah dibebani menjalankan ibadah puasa. …
Ishaq berkata bahwa jika anak telah menginjak usia 12 tahun, maka ia sudah dibebani menjalankan ibadah puasa agar terbiasa.
Ibnu Al Majusyun berkata, “Jika anak telah mampu puasa, maka ia telah wajib puasa. JIka ia tidak puasa tanpa udzur dan bukan karena sakit, maka ia tetap wajib mengganti (mengqodho’) puasanya.
Sedangkan Asy-hab berkata, “Disunnahkan bagi anak-anak untuk berpuasa ketika ia telah mampu.” (Syarh Al Bukhari, 7/125, Asy Syamilah)
Yang paling rajih adalah anak-anak wajib berpuasa ketika ia telah baligh, mimpi basah jika lelaki , dan haidh pada wanita. Ini Dalilnya:“Diangkat pena dari tiga golongan: orang yang tidur hingga dia terjaga, anak kecil hingga dia baligh, dan orang gila sampai kembali akalnya.” (HR. Abu Dawud no. 4403, dikatakan oleh Asy-Syaikh Al-Albani t dalam Shahih Sunan Abi Dawud: shahih). Umur berapa, ya tergantung tingkat kesuburan anak, ada yang berusia 9 tahun sudah dapat haid, ada yang baru 13 tahun, walau secara umum 12 tahun.
Cikarang Barat , 7 Ramadhan 1432 H / 7 Agustus 2011 JAM 00.43 WIB
Tukang: Baru mencari Ilmu, Herbalis, Thibbun Nabawy, Penjual Buku Islam dan Advokat (0811195824)
ABU Hada SUKPANDIAR IBNU MUHAMMAD IDRIS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar