Rabu, 18 April 2012

Mengapa Kenduri Tahlilan Bid'ah? ,Tinjauan Sejarah, dan Apakah ia dari Syi'ah?


Mengapa Kenduri Tahlilan Bid'ah (tinjauan sejarah), dari Syiahkah?

oleh Sukpandiar Idris Advokat As-salafy pada 19 April 2012 pukul 0:04 ·
Kenduri sebuah kata yang tak asing di telinga kita. Sayang tak banyak yang tahu bahwa kata tersebut asalnya bukan dari Indonesia, akan tetapi dari luar Indonesia.

ken·du·ri n perjamuan makan untuk memperingati peristiwa, minta berkat, dsb; selamatan: 
mereka mengadakan -- untuk menujuh hari neneknya; 
-- arwah selamatan memperingati atau mendoakan roh (jiwa) orang yg telah meninggal; 
ber·ken·du·ri v 1 mengadakan kenduri; 2 menghadiri acara kenduri; 
me·ngen·du·ri·kan ark v menggunakan (menjadikan, memperlakukan) sesuatu sbg barang kenduri: ia berjanji akan ~ seekor kerbau apabila ia terpilih menjadi kepala desa. Sumber  Kamus Besar Bahasa Indonesia on line.

Dalam Bahasa Persia  ( Sekitar Iran-Iraq  asal muasal perkembangan syi'ah-SI) Kenduri asal kata dari "Kanduri " yang berarti Pesta makan setelah berdoa kepada Allah.sumber Google books

Surabaya (ANTARA News) - Pengamat budaya dan sejarah Agus Sunyoto menegaskan bahwa budaya kenduri kematian yang dilakukan umat Islam di Nusantara, khususnya di tanah Jawa bukan karena pengaruh Hindu atau Budha karena di kedua agama itu tidak ditemukan ajaran kenduri.

"Dalam agama Hindu atau Budaha tidak dikenal kenduri dan tidak pula dikenal peringatan orang mati pada hari ketiga, ketujuh, ke-40, ke-100 atau ke-1.000," katanya pada seminar internasional, "Cheng Hoo, Wali Songo dan Muslim Tionghoa Indonesia di Masa Lalu, Kini dan Esok" yang digelar Yayasan Haji Muhammad Cheng Hoo dan PITI di Surabaya, Minggu.
Ia mengemukakan bahwa catatan sejarah menunjukkan orang Campa memperingati kematian seseorang pada hari ketiga, ketujuh, ke-40, ke-100 dan ke-1.000. Orang-orang Campa juga menjalankan peringatan khaul, peringatan hari Assyuro dan maulid Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam .

"Mencermati fakta itu, maka saya berkeyakinan tradisi kenduri, termasuk khaul adalah tradisi khas Campa yang jelas-jelas terpengaruh faham Syi`ah. Demikian juga dengan perayaan 1 dan 10 Syuro, pembacaan kasidah-kasidah yang memuji-muji Nabi Muhammad menunjukkan keterkaitan tersebut," katanya.

Bahkan, katanya, istilah kenduri itu sendiri jelas-jelas menunjuk kepada pengaruh Syi`ah karena dipungut dari bahasa Persia, yakni Kanduri yang berarti upacara makan-makan memperingati Fatimah Az Zahroh, puteri Nabi Muhammad SAW.sumber antaranews.com

Akan Tetapi...

Dalam agama Hindu, dalam prosesi menuju alam Nirwana menghadap Ida Sang Hyang Widi Waksa mencapai alam Moksa, diperintahkan melakukan selametan atau kirim do’a, 1 hari, 3 hari, 7 hari, 40 hari, 100 hari, mendak pisan, mendak pindo dan nyewu. Dan hal inipun juga dilakukan oleh masyarakat Islam hal tersebut tidak ada dasar/dalil dari al-Quran dan Hadits.

Dasar ritual-ritual tersebut tidak terdapat dalam al-Quran maupun as-Sunnah, namun terdapat dalam kitab-kitab maupun buku-buku agama Hindu, seperti;
  • Kitab Mahanarayana Upanisad,
  • Buku Ritual-Ritual Hindu dalam budaya Jawa karya Prof. Dr. Ida bedande Adi Suripto, seorang Duta dari agama Hindu untuk negara Nepal, India, Vatikan dan Roma. Dan sekarang menjabat sebagai sekretaris PHDI (Parisada Hindu Dharma Indonesia). Bahkan dalam buku ini juga tedapat tatacara agama Hindu dalam merawat kandungan seorang ibu, seperti nelonan, tingkepan dsb.
  • Kitab Sama Weda hal. 373 ayat 1,
  • Kitab Samhita, buku satu, baga satu, hal 20, dalam kitab-kitab itu jelas disebutkan untuk melakukan pengorbanan dan kirim doa pada orang tua pada hari ke 1, ke 3, ke 7, ke 40, ke 100, mendak pisan, mendak pindo dan nyewu.

sumber >Read more: http://mantankyainu.blogspot.com/2011/09/kesaksian-mantan-pendeta-hindu-tentang.html#ixzz1h1ct82

Asal Usul Tahlilan

Sebelum Islam masuk ke Indonesia, tealah ada kepercayaan/ keyakinan  yang di anut oleh sebagian besar penduduk tanah air ini, diantaranya Animisme dan dinamisme ( berarti sebelum datang Agama Nidu dan Budha-penulis-SI). Diantaran keyakinan tersebut adalah bahwa arwah bergentayangan di sekitar rumah selama 7 hari, kemudian meninggalkan rumah tersebut, setelah 40 hari kembali lagi, begitu sterus, hari ke 100 hari ke seibu..., akibatnya masyarakat takut dengan hal tersebut. Kemudian mereka mengusirnya dengan bacaan mantra-mantrayang tak jelas maknanya.

Setelah Islam  masuk ke Indonesia, kalimat tersebit di ganti dengan kalimat thoyyibah ( kalimat yang baik) yang biasa di sebut dengan tahlilan, hal ini banyak mengalami perubahan baik, penambahan maupun pengurangan dari tiap generasinya, sehingga kita jumpai acara tahlilan di suatu daerah berbeda dengan prosesi tahlilan di tempat lain. sumber> bacaan: "Penjelasan Gamblang seputar Hukum Yaasinan, Tahlilan dan Selamatan", karnya Ustadz Abu Ibrahim Muhammad Ali , Pustaka Al-Ummat  cetakan Sya'ban 1427 H, hal:25-26 dengan di ringkas oleh penulis  note ini.

Apa Itu Bid'ah?

Bid'ah menurut bahasa adalah: sesuatu yang baru ( diada-adakan).

Sedangkan menurut Istilah adalah: Sesuatu yang di ada-adakan di dalam masalah agama yang menyelisihi apa yang di tempuh Nabi Shallallahu 'alaihi wasllam dan para sahabatnya, baik berupa aqidah ataupun amal.
(Sumber bacaan: Ensiklopedia Bid'ah kumpulan fatwa Syaikh bin Baaz, Lajna Da'imah, Syaikh Utsaimin, Syaikh Al-Jibrin dan Syaikh Fauzan, yang di himpun oleh Hammud bin Abdullah al-Mathar. Daarul Haq: Cetakan III , Rojab 1426H, hal:67).

Hukum Bid'ah

“Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Rabbnya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan Rabbnya dengan sesuatu pun.” (QS. Al Kahfi [18] : 110)
Ibnu Katsir( dalam tafsirnya) mengatakan mengenai ayat ini, “Inilah dua rukun diterimanya amal yaitu [1] ikhlas kepada Allah dan [2] mencocoki ajaran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ أَحْدَثَ فِى أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ
“Barangsiapa membuat suatu perkara baru dalam agama kami ini yang tidak ada asalnya, maka perkara tersebut tertolak.” (HR. Bukhari no. 2697 dan Muslim no. 1718)
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,
مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
“Barangsiapa melakukan suatu amalan yang bukan ajaran kami, maka amalan tersebut tertolak.” (HR. Muslim no. 1718)

Kesimpulan

1. Kenduri tahlilan berdasarkan sejarah boleh jadi dari ajaran Animisme atau Dinanisme, atau boleh jadi dari agama Hindu, bahkan sangat mungkin dari Syi'ah!.

2. Oleh Karena bedasarkan data di atas jelas kenduri tahlilan bukan berasal dari Islam , maka ia termasuk bid'ah

3. Kenduri Tahlilan berarti perayaan / hari raya kematian, sedangkan hari raya Islam ada 2 yaitu 'Idul Fitrih dan 'Idul adha, kalaupun mau di tambah termasuk hari Jumat.
“Sesungguhnya Allah telah menggantikan untuk kalian dengan dua hari raya yang lebih baik dari dua hari raya kalian, yaitu Hari ‘Idul Fithri dan ‘Idul Adh-ha.” HR. Abu Dawud dan An-Nasa`i dengan sanad shahih. Dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Ash-Shahihah no. 2021.
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Wahai kaum muslimin, sesungguhnya saat ini adalah hari yang dijadikan oleh Allah sebagai hari raya untuk kalian. Karena itu, mandilah dan kalian harus menggosok gigi.” (H.R. Thabrani dalam Mu’jama Ash-Shaghir, dan dinilai shahih oleh Al-Albani)
Wallallahu 'alam.

Cikarang Barat ,27 Jumadil Awwal 1433 H, 19  April 2012 Jam 00.04 WIB
AH-Tukang Bekam, Herbal dan Advokat, CP 0811 195824

Tidak ada komentar:

Posting Komentar